Bikin Rumah Sayur, Edukasi Ibu Rumah Tangga untuk Mandiri

Melihat Program Aksara Tani, Komunitas Pasirputih Lombok Utara

Sumber Berita: Lombok Post, 14 Maret 2018, hlm. 21
Jurnalis: Fatih Kudus Jaelani
[Unduh PDF dari kliping koran di sini]


Aksara Tani tak berbicara banyak tentang teori tanam menanam. Mereka membangkitkan inisiatif warga agar dapat memahami potensi lahannya. Lalu menanam seperti apa yang dilakukan nenek moyang. Berikut laporannya.

 

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Lirik lagu Koes Plus itu terngiang di benak kita saat memasuki pekarangan Rumah Sayur yang digagas Komunitas Pasirputih dalam Program Aksara Tani. Berbagai macam tanaman tumbuh di tanah seluas sepuluh kali sepuluh meter persegi itu. Tanaman-tanaman itu bukan merupakan program pemerintah. Bukan juga ibu-ibu PKK. Tapi murnti, inisiatif warga.

Afifah, koordinator program Aksara Tani, Komunitas Pasirputih, terlihat sedang menyiangi rumput yang tumbuh di sekitar tanaman terong. Sementara itu, ibu Yusran terlihat asyik mengamati perkembangan tanaman-tanaman lainnya.

Sumber: Lombok Post, 14 Maret 2018, hlm. 21

Tak lama kemudian, Afifah membawa daun Ginseng Jawa. Sementara Yusran memetik beberapa mentimun muda. “Aksara tani merupakan sebuah platform atau wadah media bagi warga yang berbicara tentang tanam menanam,” kata Afifah.

Sederhana. Program yang dijalankan komunitas Pasirputih ini merupakan respon mereka atas sumber daya yang tidak disadari masyarakat. Sementara, selama ini program pemerintah sering kali tidak menyentuh sampai ke dasar. “Pemerintah lewat Dinas Pertanian hanya sampai pada pembagian bibit,” terang Afifah.

Meskipun sederhana, program Aksara Tani tak hadir begitu saja. Selama beberapa bulan, tim Aksara Tani yang dinakhodai oleh Afifah telah melakukan riset. Mereka mencari tahu budaya tanam masyarakat Lombok. Sampai dengan kesuksesan tanam warga Lombok yang membuatnya dikenal sebagai Bumi Gora. Di Mataram, tugunya masih ada.

Mereka juga meriset bagaimana tanaman-tanaman yang ada di Gili Meno. Menurut Afifah, selama ini warga di GIli Meno memiliki sumber daya tanaman yang melimpah. Akan tetapi hal itu tidak disadari. “Beberapa tanaman yang dimiliki, harganya akan sangat mahal bila ditemui di supermarket. Di Gili Meno, warga setiap hari mengkonsumsinya dengan gratis,” katanya.

Kesadaran akan kayanya sumber daya itulah yang dilakukan Afifah dan kawan-kawannya dalam program Aksara Tani. Di lain sisi, beberapa kasus naiknya harga kebutuhan pokok yang sering kali membuat warga panik juga menjadi landasan kerja Aksara Tani. Seharusnya, warga yang dianugerahi lahan subur tak seharusnya mengeluh saat harga cabai melonjak.

Afifah menjelaskan, ketika harga cabai melonjak tinggi, warga seharusnya mengetahui bahwa mereka bisa menanamnya sendiri. Harga benih cabai Rp 20 ribu per bungkus. Dalam satu bungkus ada seratus benih. Jika warga menanam benih tersebut, maka akan tumbuh seratus pohon cabai.

“Satu pohon cabai minimal bisa menghasilkan satu kilo. Bayangkan jika ia menanam seratus pohon,” terang Afifah.

Afifah yang merupakan seorang magister pertanian, menyoroti informasi tentang cabai itu sebagai sebuah pengetahuan yang jarang disadari oleh warga. Dari itulah, dalam program Aksara Tani, ia mengajak warga untuk beramai-ramai menjadikan pekarangan rumah untuk tempat menanam.

Lewat rumah sayur, kini warga di Desa Pemenang Barat mulai menanam di pekarangan rumahnya masing-masing. Ibu Yusran Hadi, mengatakan tidak lagi harus sering-sering ke pasar setelah memiliki rumah sayur.

“Sekarang ibu-ibu rumah tangga lainnya juga mulai ikut-ikutan membuat rumah sayur di pekarangan rumahnya,” terangnya.

Muhammad Sibawaihi, ketua program komunitas Pasirputih mengatakan, dari tahun 2010, program-program yang dilakukannya memang merupakan pemberdayaan pemerintah.

“Karena kita menganggap pemerintah sering tak berdaya, maka kita bantu dengan program ini. Ini inisatif warga. Karena kita juga merupakan warga Lombok Utara,” terangnya.

Setelah panjang lebar menjelaskan program aksara tani, ibu Yusran Hadi keluar membawa tiga mangkok mie yang dicampur dengan daun Ginseng Jawa. Siang itu, semua yang ada di rumah sayur menikmati hasil program Aksara Tani. Program cerdas Pasirputih Lombok Utara. (*/r7)

2 thoughts on “Bikin Rumah Sayur, Edukasi Ibu Rumah Tangga untuk Mandiri

    1. Halo, Amalian! Terima kasih atas komentar dan apresiasinya.

      Kita bisa memulainya dari diri sendiri. Ayo bikin rumah sayur di pekarangan rumah sendiri. 🙂

      Salam petani,
      Bertani itu benar!

      Ponik.

      Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s