Perempuan Rangsot Budiaya Lebah Madu Trigona

Penulis: Yudi Hatami 
Penyunting: Afifah Farida Jufri & Ade Surya Tawalapi

Rangsot adalah nama salah satu dusun di wilayah Desa Sigar Penjalin, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Dusun ini terbagi menjadi dua, Rangsot Timur dan Rangsot Barat. Saya sendiri lahir dan tinggal di Rangsot Barat. Secara geografis, Rangsot Barat berada di dataran tinggi, sekitar 300 meter di atas permukaan laut. Tempat tinggalku yang masih asri ini dihuni oleh sekitar 130 kepala keluarga, kurang lebih sekitar 300 jiwa.

Sebagian besar masyarakat Rangsot Barat menggantungkan hidup dengan menjadi buruh bangunan, pekerja pariwisata, petani ladang, dan beternak. Namun kondisi ini tidak begitu banyak membawa perubahan. Dalam kondisi seperti sekarang ini, hampir semua sumber mata pencarian warga terkendala akibat covid. Sementara itu, menjadi petani dan beternak sangat bergantung kepada pasokan air yang cukup. Hal ini menjadi persoalan sebab Rangsot Barat sendiri adalah kawasan sulir air. Maklum, hal ini dikarenakan lokasi Rangsot yang berada di atas bukit. Untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga, warga memanfaatkan air sungai dan mata air di hutan. Meskipun sekarang, setelah gempa Lombok 5 Agustus 2018  lalu, masyarakat Rangsot Barat mendapatkan bantuan sumur bor yang kedalamannya 100 meter, tetap saja kebutuhan untuk bertani atau berladang tidakter penuhi. Sumur itu hanya bisa memenuhi kebutuhan air rumah tangga.

Tapi kita tidak akan berlama-lama membahas masalah air ini, saya ingin bercerita tentang harapan baru masyarakat Rangsot, yakni menjadi peternak lebah madu trigona. Trigona atau sering disebutk lulut, klanceng, atau teuweul ini merupakan salah satu serangga sosial yang hidup berkelompok membentuk koloni. Satu koloninya bisa mencapai 300-80.000 ekor[1]. Lebah trigona ini sendiri termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, classis Insecta, ordo Hymenoptera, famili Apidae, genus Trigona, dan spesies Trigona sp. (Syafrizaldkk., 2012).

Sampai tahun 2014, Trigona Sp teridentifikasi memiliki sekitar 500 spesies dan dikelompokan dalam 5 genus: yaitu Melipona, Trigona, Meliponula, Dectylurina, dan Lestrimelitta. Trigona juga memiliki 11 sub genus: Genus Trigona tersebar dari wilayah Meksiko hingga Argentina, India, Sri Lanka hingga Taiwan, Pulau Solomon, Australia dan Indonesia. Di Indonesia setidaknya telah teridentifikasi sebanyak 37 jenis, 2 jenis diantaranya berada di Lombok yaitu Trigona sapiens dan Trigona clypearis[2].

Nah, di rangsot sendiri, peternak lebah madu trigona baru saja dimulai sejak 2020 yang lalu. Maraknya warga yang membudidayakan lebah madu trigona ini dipicu oleh bantuan salah satu lembaga yang bertujuan meningkatkan taraf hidup atau ekonomi masyarakat setelah Gempa Lombok. Trigona Sp. kemudian dipilih, karena memang memiliki harga yang baik dan menjadi salah satu madu yang diminati oleh masyarakat. Yang paling mendukung adalah bahwa rangsot adalah salah satu kampung yang masih dipenuhi oleh berbagai pepohonan. Setiap pohon yang berbunga akan menjadi sumber pakan yang berlimpah. Hampir semua tumbuhan yang menghasilkan bunga dapat dijadikan sebagai sumber pakan lebah. Baik dari tanaman hutan, tanaman pertanian maupun tanaman perkebunan (Marhiyanto, 1999).

Di Rangsot, budidaya lebah madu trigona sebagian besar digandrungi oleh para ibu rumah tangga. Ibu-ibu ini sangat antusias dalam beternak lebah madu trigona. Bahkan hampir di setiap rumah mempunyai 10 sampai 100 kotak lebah trigona, dan dikontrol oleh ibu-ibu rumah tangga. Dari keterangan ibu-ibu ini, budidaya lebah madu trigona sangat tidak mengganggu kegiatan usaha yang lain.

“Jadi bisa sambilan,” ungkap Ibu Asmini, salah satu tetangga saya. Sembari mengerjakan pekerjaan rumah yang lain, dalam setiap penjualan madu trigona, ia bisa menghasilkan Rp. 150.000/botol.

“Biasanya panen itu 3 bulan sekali. Ada kita pakai buat belanja memenuhi kebutuhan rumah tangga,” lanjut Ibu Asmini.

Selain itu, informasi yang saya terima dari masyarakat adalah bahwa manfaat lebah madu trigona itu sangat banyak. Madu trigona berfungsi menjaga dan meningkatkan kesehatan jantung. Jika jantung sehat, maka ia juga dapat meningkat performa jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh, yang mana bisa mencegah gangguan kesehatan seperti stroke.

Saya juga mencoba menelusuri manfaat dari trigona. Ternyata manfaatnya sangat banyak. Madu dari lebah tidak bersengat ini mengandung senyawa seperti protacatechuic acid (PCA), 4-hydroxyphenylacetic acid, dan cerumen yang berfungsi sebagai antioksidan. PCA yang merupakan antioksidan kuat dapat meningkatkan proliferasi sel dalam penyembuhan luka. Madu Trigona juga memiliki hidrogen peroksida, flavonoid, senyawa fenolik, dan peptida antibakterial yang berperan sebagai antibakteri. Selain itu madu dari lebah ini juga memiliki efek bakteriostatik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti E. coli, B. subtilis, P. syringae, M. luteus, B. megaterium, dan B. brevis[3].

Dalam kondisi Pandemi Covid-19 ini, beternak Trigona sangat membantu perekonomian masyarakat, khususnya di Rangsot Barat ini. Hal ini tentu sangat mendasar, karena dalam kondisi Covid-19 masyarakat Rangsot banyak yang tidak bekerja. Pariwisata tutup, sementara menjadi buruh adalah bergantung kepada pembangunan, dan covid ini juga telah menghambat pambangunan di berbagai sektor. Oleh karena itu, beternak trigona sepertinya menjadi pilihan yang cukup masuk akal. Sebab sampai saat ini, meski kondisi ekonomi sedang sulit, penjualan madu trigona cukup membawa harapan baru. Sebab madu trigona kerap dimanfaatkan sebagai obat. Dan obat, berapa pun harganya selalu diburu, karena sehat itu mahal.


Penulis:

M. YUDI HATAMI adalah salah seorang mahasiswa jurusan Administrasi Publik di Universitas Muhammadiyyah Mataram. Ia adalah salah seorang remaja yang aktif melakukan penulisan terkait dusunnya. Selain itu, ia aktif berkegiatan di remaja masjid dan berbagai kegiatan akademik lainnya.


Referensi:

[1] Panduan Singkat Budidaya & Breeding Lebah Trigona Sp, Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu, Nusa Tenggara Barat, 2018.

[2] ibid

[3]Sumberdiambildarihttp://e-journal.uajy.ac.id

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s