Penulis: Afifah Farida
Penyunting: Manshur Zikri
Siang itu, ketika bersilaturahmi ke The Warung, salah satu warung lokal di Gili Meno, kami bertemu Pak Fajri (mertua Bang Anto, pemilik The Warung) yang sedang asyik mengutak-atik jaring ikannya. Setelah bertanya lebih lanjut tentang apa yang sedang dikerjakannya, saya tahu bahwa ternyata Pak Fajri sedang mengayum jala, yaitu kegiatan membuat atau memperbaiki jaring ikan yang rusak karena digigit ikan, terjerat karang, atau badai.
Tinggal di pulau maka menjadi nelayan akan menjadi sebuah identitas. Selain menggunakan alat pancing, jaring adalah alat utama yang harus dimiliki oleh seorang nelayan. Membuat dan memperbaiki jaring ikan adalah keahlian yang juga harus mendarah daging bagi nelayan. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana jari-jari Pak Fajri yang lincah dalam menyulam, menyaling-nyilang benang membentuk jaring. Pak Fajri sudah membantu orangtuanya mencari ikan di laut sejak kecil sehingga menjurai (memperbaiki) jaring sudah menjadi kesehariannya pula sejak kecil.

Alat-alat yang dibutuhkan dalam memperbaiki jaring hampir sama dengan alat untuk membuat jaring, seperti coban, kedapang, benang nilon, dan gunting. Coban adalah alat yang berfungsi untuk menyulam jaring. Coban berbentuk seperti jarum yang berguna untuk menyimpan atau menggulung benang juraian yang akan dipakai untuk membuat jaring. Bentuk dan ukuran coban bermacam-macam sesuai dengan penggunaannya, tergantung pada ukuran benang dan ukuran mata jaring yang akan dibuat. Kedapang (pengapang atau saleran) berguna untuk menentukan besar kecilnya mata jaring yang akan dibuat agar mata jala teratur dan rapi. Biasanya, kedapang dibuat dari bambu atau kayu. Benang nilon dipilih dengan ukuran tertentu sesuai dengan ukuran jaring yang akan dibuat, sedangkan gunting berguna untuk memotong sisa-sisa benang nilon. Waktu yang dibutuhkan dalam memperbaiki jaring tergantung dari jumlah kerusakan jaring tersebut.
Menurut Pak Fajri, memperbaiki jaring ikan adalah kombinasi dari memotong dan menyambung jaring ikan. Dalam memperbaiki jaring ini, hal utama yang harus dimiliki adalah ketelitian dan kesabaran. Ketelitian dibutuhkan dalam melihat kerusakan jaring, dan membentuk kembali pola jaring agar sesuai dengan jaring yang sudah ada, dan dalam merangkai atau merajutnya kembali dibutuhkan kesabaran, karena memperbaiki jaring, terkadang lebih sulit daripada membuat jaring yang baru.
Menurut Daeng Sik yang dulu juga seorang nelayan, sangat jarang jaring rusak karena badai atau terjerat karang. Sebab, menjadi nelayan harus bisa memprediksi bagaimana situasi laut; nelayan yang baik tidak akan melaut jika akan terjadi badai. Yang biasanya merusak jaring adalah gigitan ikan. Percaya atau tidak, kata Daeng Sik, gigi ikan cukup ampuh untuk memutus jaring, apalagi jika digigit oleh ikan secara bersama-sama dan jaring ikan yang dimiliki tidak dirawat dengan baik.

Pak Fajri juga menjelaskan bagaimana cara yang baik untuk menyimpan jaring agar bertahan lama dan tidak melilit ketika melemparnya ke laut saat menangkap ikan. Antara lain adalah dengan menyimpan jaring di tempat yang terhindar dari penyinaran matahari secara langsung. Radiasi matahari akan memengaruhi serat-serat benang nilon yang digunakan dalam membentuk jaring. Untuk menghindari jaring terbelit ketika melempar ke laut, seorang nelayan sangat perlu memperhatikan bagaimana menyusun atau menggulung jaringnya tersebut. Sebaiknya, menurut Pak Fajri, setelah digunakan, jaring-jaring disimpan di tempat yang terlindung dari matahari dan disusun rapi kemudian digantung agar tidak kusut dan saling mengikat antarjaring.
Pak Fajri mengatakan menjadi nelayan tidak hanya memperhatikan dan merawat kapal, tetapi juga harus telaten dalam membuat, memelihara, memperbaiki, dan menggunakan jaring. Menjadi nelayan juga mengajarkan untuk sabar dan teliti. ***