[IDENTITAS BUKU]
Judul : Anak Tani (Farmer Boy)
Penulis : Laura Ingalls Wilder
Penerjemah : Anton Adiwiyoto
Penerbit : Libri
Tebal: 366 halaman
Cetakan I : 2011
ISBN : 978-979-687-871-0
“Kalau kau seorang petani, kau harus menanam apa yang akan kau makan. Kau harus membuat apa yang akan kau pakai, dan kau akan menjaga tubuhmu supaya tetap hangat dengan kayu yang diambil dari hutanmu sendiri. Kau harus bekerja keras. Namun kau bekerja sesuka hatimu dan tidak ada orang yang akan memerintahmu. Kau bebas dan merdeka, Nak, di pertanian.”
Anak Tani adalah salah satu novel dari serial Little House-Seri Laura yang ditulis oleh Laura Ingalls Wilder, seorang sastrawan klasik Amerika Serikat. Laura Ingalls memulai debutnya di usia 44 tahun setelah depresi berat karena kematian Ibu dan saudara perempuannya. Kehilangan orang yang ia cintai mendorong Laura mengabadikan setiap kenangannya dalam kisah Pioneer Girls. Atas saran penerbit Harper & Brothers, Laura memperluas kisahnya hingga menerbitkan seri Little House (Rumah Kecil). [1]
Dalam setiap karyanya, Laura menuliskan pengalamannya ketika ia bersama keluarga dan teman-temannya melintasi padang rumput, hutan, dan pegunungan di Wilayah Kansas, Minnesota dan Dakota Selatan. Karya-karya Laura Ingalls menjadi karya terbaik di Amerika Serikat dan menjadi saksi bisu bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Amerika Serikat menjadi suatu negara maju.
Anak Tani menceritakan tentang kehidupan seorang anak laki-laki berumur 9 tahun bernama Almanzo, yang tumbuh dan besar dari keluarga petani. Almanzo tinggal di Malone, salah satu daerah pertanian di New York. Cita-cita Almanzo ingin memiliki seekor anak kuda. Kelak, Almanzo akan menjadi suami Laura.
Buku ini berhasil menceritakan secara rinci tentang kegiatan bertani, mulai dari menanam kentang, wortel, labu, dan gandum. Bagaimana memelihara dan memerah susu sapi (hal. 13, hal. 93), mencukur biri-biri (hal. 149), mencari kayu bakar, membuat benang wol, bahkan memanen batu es di musim dingin (hal. 63). Buku ini menyelipkan beberapa sejarah dan asal usul makanan, seperti salah satunya asal usul berondong jagung (hal. 32).
Gaya bahasa yang ringan mengajak kita untuk menikmati setiap alurnya seolah-olah kita sedang bersama Almanzo, ikut melakukan setiap kegiatan di ladang pertaniannya. Setiap kegiatan Almanzo yang diceritakan Laura sarat dengan pesan untuk bekerja keras, saling tolong menolong, mandiri dan berlaku jujur.
Diskusi-diskusi ringan antara Almanzo dan sang ayah menegaskan bahwa menjadi petani, bukan berati tidak sekolah. Meskipun Almanzo lebih menyukai bekerja di ladang daripada sekolah.
“Seorang petani harus lebih pandai menghitung lebih dari itu, Nak. Sebaiknya kau pergi sekolah.” (Hal. 334)
Buku ini juga menceritakan bagaimana kemandirian dan kerja keras seorang petani. Almanzo sempat bimbang saat ditanyai apakah ia ingin menjadi petani atau menerima tawaran bekerja di kota dengan jaminan memiliki pakaian bersih, banyak makanan, dan banyak uang. Namun, kemudian ia menyadari, satu-satunya yang dia inginkan saat ini adalah memiliki seekor anak kuda, melatihnya dan menjinakkannya.
“Seorang petani hanya tergantung pada dirinya sendiri, pada tanah, dan pada cuaca. Kalau kau seorang petani, kau harus menanam apa yang akan kau makan. Kau harus membuat apa yang akan kau pakai, dan kau akan menjaga tubuhmu supaya tetap hangat dengan kayu yang diambil dari hutanmu sendiri. Kau harus bekerja keras. Namun kau bekerja sesuka hatimu dan tidak ada orang yang akan memerintahmu. Kau bebas dan merdeka Nak, di pertanian.” [hal.361]***
[CATATAN]
[1] Wikipedia. Laura Ingalls Wilder.