ABSTRAK
Permintaan buah jeruk keprok yang meningkat setiap tahun, belum mampu dipenuhi karena masih terbatasnya ketersediaan jeruk dalam skala nasional. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi buah jeruk keprok adalah dengan melakukan induksi pembungaan. Percepatan pembungaan secara fisik pada tanaman jeruk dapat dilakukan melalui aplikasi ringing atau strangulasi, pemangkasan akar dan daun, serta pelengkungan cabang pada tanaman jeruk dan pemberian kalsium.
Jeruk merupakan salah satu buah unggulan nasional yang mempunyai prospek baik untuk dikembangkan. Azizul (2016) menyebutkan bahwa permintaan buah jeruk setiap tahun mengalami peningkatan yang didukung oleh meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi bagi kesehatan. Peningkatan permintaan yang tinggi tersebut masih belum mampu didukung oleh ketersediaan jeruk dalam skala nasional. Jumlah produksi jeruk nasional pada tahun 2013 adalah sebesar 1.548.401 ton dengan sentra produksi di provinsi Jawa Timur dan Sumatera Utara. Jumlah produksi tersebut ternyata jauh lebih rendah satu setengah kali dibandingkan dengan volume impor buah jeruk yang mencapai 2.594.825 ton pada Desember 2013 (BPS, 2014).
Peningkatan produktivitas nasional melalui pengembangan buah jeruk lokal yang berkualitas baik, dengan suplai berkontinuitas guna mensubstitusi jeruk-jeruk impor di pasar-pasar domestik, terus dilaksanakan pemerintah, di antaranya menjadikan buah jeruk sebagai salah satu buah terpilih yang menjadi target prioritas pengembangan komoditas hortikultura pada tahun 2015-2019 (Kementerian Pertanian, 2015). Target prioritas tersebut dicapai melalui penambahan luas tanam jeruk sebesar 6.000 Ha, terutama di daerah lahan kering, dan perbaikan pemeliharaan tanaman jeruk, antara lain melalui perekayasaan pembungaan. Rekayasa pembungaan tersebut di antaranya melalui teknik penginduksi pembungaan secara fisik pada tanaman jeruk, seperti perlakuan ringing atau strangulasi, pemangkasan akar dan daun, serta pelengkungan cabang yang didukung dengan pemupukan K.
Pembahasan
Tuban merupakan salah satu daerah yang menjadi pusat pengembangan penanaman jeruk tersebut. Luasan lahan tanam jeruk Tuban pada tahun 2013 mencapai 850 Ha dan mengalami penambahan terus menerus setiap tahun. Varietas jeruk yang ditanam adalah jeruk keprok Madura dan Tejakula (Balitjestro, 2015). Jeruk keprok dapat tumbuh baik di daerah dataran rendah dengan karakteristik buah jeruk tersebut antara lain berkulit tebal, mudah dikupas, beraroma segar, serta memiliki rasa manis barcampur asam. Berdasarkan karakteristik tersebut, buah jeruk keprok merupakan salah satu jenis buah jeruk yang sesuai untuk menyaingi kriteria kualitas yang dimiliki oleh jeruk impor.
Jeruk keprok merupakan jenis jeruk yang berbuah musiman. Menurut Putra (2002), sifat musiman ini menyebabkan melimpahnya produksi pada waktu panen raya dan berkurangnya produksi pada saat di luar musim. Apabila di analisis secara agribisnis, keadaan tersebut kurang menguntungkan bagi petani di daerah Tuban. Selain itu, di temukan juga beberapa tanaman yang tidak dapat berbunga di beberapa wilayah Tuban yang menyebabkan kurang optimalnya produksi jeruk di wilayah ini. Oleh karena itu, diperlukan adanya manipulasi produksi tanaman jeruk keprok Madura untuk dapat berbuah di sepanjang musim dengan peningkatan produksi melalui percepatan fase transisi dari vegetatif ke generatif melalui manipulasi penginduksi pembungaan.
Rekayasa pembungaan secara fisik pada tanaman jeruk, antara lain adalah perlakuan ringing atau strangulasi (Thamrin, 2008; Yamanishi et al., 1993; Darmawan, 2014), pemangkasan akar dan daun serta pelengkungan dan perundukan cabang (Poerwanto dan Susila, 2014). Strangulasi merupakan perlakuan penginduksi pembungaan dengan melilitkan kawat pada batang sampai tekanan dan waktu tertentu yang berakibat meningkatkan kandungan karbohidrat pada daun. Penelitian atas strangulasi membuktikan bahwa cara ini efektif meningkatkan pembungaan dan pembuahan pada jeruk pamelo yang telah menghasilkan (Yamanishi dan Hasegawa, 1995; Yamanishi et al., 1994; Thamrin et al., 2009); dan strangulasi batang utama dengan penggunaan kawat 2,0 mm dalam waktu 3 bulan mampu meningkatkan pembungaan jeruk besar Nambangan (Putra, 2002) dan pada jeruk keprok (Dermawan, 2014).
Pelengkungan cabang jeruk pada mulanya mengadopsi kegiatan pelengkungan cabang pada pohon apel, namun tanpa dilakukan perompesan. Pada penelitian Azizul (2016), pelengkungan cabang jeruk Borneo Prima dilakukan dengan cara menarik cabang-cabang primer dengan menggunakan tali nilon ke arah tanah hingga merunduk atau cabang menjadi mengarah horizontal. Hasil penelitian tersebuut juga menunjukkan adanya hasil positif pengaruh pelengkungan cabang yang menyebabkan tanaman jeruk keprok Borneo Prima berumur 5 tahun menjadi berbunga dan berbuah, sedangkan yang tidak dilengkungkan cabangnya tidak berbunga dan berbuah. Selain itu, pelengkungan cabang meningkatkan pertumbuhan vegetatif (jumlah tunas baru, total panjang tunas baru, dan total daun baru per pohon).
Pemangkasan akar pada tanaman jeruk bertujuan untuk menganggu absorbsi hara dan mineral dari dalam tanah sehingga aktivitas akar akan menurun. Pemangkasan akar tersebut menyebabkan terganggunya translokasi karbohidrat ke akar yang berdampak pada peningkatan rasio C/N pada tajuk (Susanto et al., 2002; Putra, 2002). Peningkatan rasio tersebut akan membantu dalam proses penginduksi pembungaan pada tanaman. Pemangkasan akar juga akan menyebabkan peningkatkan pertumbuhan akar-akar lateral baru yang membantu dalam proses perluasan penyerapan hara dan mineral bagi tanaman (Pourmajidian et al., 2009; Wulandari et al., 2013; Wulandari dan Supriyanto, 2013; Wulandari dan Pamujianto, 2014).
Percepatan fase transisi dari vegetatif ke generatif guna menginduksi pembungaan pada tanaman jeruk juga dapat dilakukan melalui pemupukan. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, selain itu pemupukan menjadi salah satu faktor utama yang menentukan produksi tanaman (Azizul, 2015). Pemupukan yang baik harus memperhatikan potensi atau status hara dan kebutuhan tanaman (Poerwanto dan Susila, 2014) karena apabila tidak sesuai akan menurunkan mutu dan produksi dari buah jeruk serta peningkatan biaya produksi yang tidak efisien (Thamrin et al., 2013).
Pemberian pupuk Kalium (K) merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam proses penginduksi pembungaan jeruk dan perkembangan buah (Alva et al., 2005; Hammami et al., 2010). Kalium juga berperan penting dalam memperkuat jaringan batang tanaman dan meningkatkan kualitas buah (Zekri dan Obreza, 2013). Azizul (2015) melaporkan bahwa pemberian N sampai dengan 180 gram per tanaman, P sampai dengan 36 gram per tanaman, dan K sampai dengan 165 gram per tanaman pada jeruk Keprok Borneo Prima di lahan rawa Kalimantan Timur masih belum mampu meningkatkan jumlah bunga dan jumlah buah per cabang sampai dengan akhir pengamatan, sedangkan penelitian pemupukan K pada jeruk Keprok Madura di Daerah Tuban masih belum banyak dilakukan. Hal tersebut juga mendorong penelitian yang lebih lanjut mengenai dosis optimum pemupukan K di daerah Tuban guna mendukung percepatan fase transisi dari vegetatif ke generatif melalui penginduksi pembungaan setelah aplikasi perekayasaan secara fisik.
Kesimpulan
Percepatan pembungaan secara fisik pada tanaman jeruk dapat dilakukan melalui aplikasi ringing atau strangulasi, pemangkasan akar dan daun serta pelengkungan cabang pada tanaman jeruk. Keberhasilan induksi pembungan secara fisik dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor pemeliharaan tanaman melalui pemupukan. Pupuk K adalah salah satu jenis pupuk yang sangat dibutuhkan tanaman jeruk pada saat penginduksi pembungaan dan perkembangan buah.
Daftar Pustaka
Alva, A. K., Paramasivamb, S., Obreza, T. A., Schumann, A. W. 2005. Nitrogen best management practice for citrus trees, fruit yield and leaf nutrition status. Scientia Horticulturae. 107:233-244
Azizul, M. N., Porwanto, R., Suhartanto, R., Suketi, K. 2016. Pelengkungan Cabang dan Pemupukan Jeruk Keprok Borneo Prima pada Periode Transisi di Lahan Rawa Kabupaten Paser Kalimantan Timur. J. Of Hort., 26 (1):81-88
Azizul, M. N. 2015. Pelengkungan Cabang Dan Pemupukan Jeruk Keprok Borneo Prima Pada Periode Transisi Di Lahan Rawa Kabupaten Paser Kalimantan Timur [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Data ekspor impor. Jakarta (ID): BPS.
Balitjestro. 2015. Jeruk Tuban [Internet]. [diunduh 20 Juli 2016]. Tersedia pada http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id
Darmawan, M. 2014. Induksi Pembungaan Di Luar Musim Pada Tanaman Jeruk Keprok (Citrus reticulata) [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hammami, A., Rezgui, S., Hellali, R. 2010. Leaf nitrogen and potassium concentrations for optimum fruit production, quality and biomass tree growth in Clementine mandarin under Mediterranean climate. Journal of Horticulture and Forestry, 2(7): 161-170.
Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Poerwanto, R., Susila, A.D. 2014. Teknologi Hortikultura. Bogor (ID). IPB Press. 383 hlm.
Pourmajidian, M.R., Malakshah, N.E., Fallah, A., Parsakhoo, A. 2009. Evaluating the shelter wood harvesting system after 25 years in a beech Fagus orientalis Lipsky forest in Iran. J. For. Sci., 55: 270-278.
Putra, G.A. 2002. Pengaruh Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Besar Nambangan [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Susanto, S., Minten, S., Mursyada, A. 2002. Pengaruh strangulasi terhadap pembungaan jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) kultivar Nambangan. J Agrotropika, 7(1):34-37.
Thamrin, M., Susanto, S., Santoso, E. 2009. Efektivitas strangulasi terhadap pembungaan tanaman jeruk Pamelo ‘Cikoneng’ (Citrus gandis (L.) Osbeck) pada tingkat beban buah sebelumnya yang berbeda. J. Agron. Indonesia, 37(1):40-45.
Thamrin, M. 2008. Peningkatan Pembungaan Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) ‘Cikoneng’ Melalui Strangulasi [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wulandari, A. S., Pamujianto, R. 2014. “Aplikasi pangkas akar untuk meningkatkan kolonisasi ektomikoriza pada bibit melinjo (Gnetum gnemon) umur 2 bulan”. Disampaikan pada Seminar Nasional Silvikultur II. Yogyakarta, 2014 Agustus 28-29. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada.
Wulandari, A. S., Supriyanto, Febrianingrum, H. W. 2013. “Pruning akar: teknik untuk meningkatkan kolonisasi ektomikoriza pada akar melinjo.” [editortidakdiketahui]. Mikoriza untuk Membangun Kemandirian Pertanian dan Pelestarian Lingkungan Hidup. Prosiding Seminar Nasional Mikoriza III, 2013 November 25-26. Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Seameo Biotrop. hlm: 21-22.
Wulandari, A. S., Supriyanto. 2013. Teknik pangkas akar untuk meningkatkan produksi bibit melinjo bermikoriza. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 18(3): 167-171.
Yamanishi, O. K., Hasegawa, K. 1995. Trunk strangulation respones to the detrimental effect of heavy shade on fruit size and quality of ‘Tosa Buntan’ pummelo. J Hort. Sci., 70(6): 875-887.
Yamanishi, O. K., Nakajima, Y., Hasegawa, K. 1993. Effect of branch strangulation in late season on reproductive phase of young pummelo trees gown in a plastic house. J Japan Trop. Agr., 37(4):290-297.
Yamanishi, O. K., Nakajima, Y., Hasegawa, K. 1994. Effect of strangulation date on reproductive phase of young pummelo trees grown in a plastic house. J Japan Trop. Agr., 38(4):269-280.
Zekri, M., Obreza, T. 2013. Nitrogen (N), Phosphorus (P) and Potassium (K) for Citrus Trees [Internet]. [diunduh 2013 Jul 20]. Tersedia pada: http://edis.ifas.ufl.edu.
—
Foto ilustrasi: Jeruk Keprok Tuban. Diambil dari artikel berjudul “Jeruk Tuban Itu Sudah Mulai Menguning” (2014) di website Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (BALITJESTRO). Diakses tanggal 13 September 2017.